Kamis, September 25, 2025
No menu items!
BerandaNasionalStudi BRIN Ungkap Relasi Agama, Kebahagiaan, dan Kemajuan Sosial Ekonomi

Studi BRIN Ungkap Relasi Agama, Kebahagiaan, dan Kemajuan Sosial Ekonomi

Berdaulat.id, Jakarta – Sebuah kajian yang diselenggarakan oleh Paramadina Institute for Ethics and Civilizations (PIEC) menyoroti hubungan antara religiusitas, kebahagiaan, dan kemajuan sosial ekonomi. Dalam acara yang berlangsung di Hotel Ambhara, Jakarta, Prof. Dr. Ahmad Najib Burhani, M.A., peneliti BRIN dalam bidang Ilmu Sosial, Budaya, dan kajian agama, mempresentasikan temuan penelitiannya dalam Kajian Etika dan Peradaban ke-26 bertajuk “Beragama Maslahat: Pengaruh Spiritual dan Kemajuan Sosial Ekonomi”.

Menurut Prof. Najib, negara dengan populasi yang menganggap agama tidak lagi penting cenderung lebih bahagia dan maju secara sosial ekonomi. Ini menimbulkan diskusi tentang peran agama dalam kehidupan modern, terutama di negara-negara dengan mayoritas penduduk yang beragama dan menyatakan agama sebagai aspek penting kehidupan, yang sering kali dikaitkan dengan tata kelola pemerintahan yang korup.

“Agama sering dikaitkan dengan perekonomian dan pembangunan infrastruktur. Ada korelasi antara agama dan aspek-aspek kehidupan tersebut,” ungkap Najib. Dia juga menyoroti peran organisasi keagamaan seperti Muhammadiyah dan NU dalam pembangunan sekolah di daerah terpinggirkan, sebuah tugas yang sering kali diabaikan oleh pemerintah.

Dalam konteks internasional, Prof. Najib menunjukkan bahwa negara-negara Islam seperti Uni Emirat Arab mengalami kemajuan ekonomi yang seimbang dengan nilai-nilai keagamaan mereka. Ini membuktikan bahwa kesuksesan di dunia bisa berdampingan dengan kesuksesan spiritual.

Diskusi ini juga diikuti oleh Pipip A. Rifai Hasan, Ph.D., Ketua PIEC, yang mengungkapkan paradoks antara agama dan etika. Pipip mencontohkan India, di mana ajaran etika agama tidak selalu sejalan dengan praktik sosial seperti korupsi, penyuapan, dan nepotisme.

Kajian ini menegaskan bahwa religiusitas dan spiritualitas yang berbasis agama dapat mendukung perilaku tidak etis, mempengaruhi sikap individu dalam lingkungan kerja, dan merujuk pada fenomena serupa di Indonesia. “Korupsi sering kali bukan dilakukan karena kekurangan uang, melainkan karena keserakahan,” tutup Pipip.

Temuan ini membuka diskusi lebih lanjut tentang peran agama dalam masyarakat modern, mempertanyakan bagaimana nilai-nilai spiritual dapat diintegrasikan dengan etika dan kemajuan sosial ekonomi untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan sejahtera.

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Most Popular

Recent Comments